Senin, 16 November 2015

Menyumbangkan Buku Pelajaran Untuk Korban Meletusnya Gunung Kelud

Pada tahun 2014, tepatnya di bulan Februari, Gunung Kelud di Jawa Timur meletus. Pada saat itu, hujan abu yang terjadi cukup dahsyat, hingga meliputi daerah-daerah di Jawa Tengah.
Pada saat itu, teman-teman saya banyak yang menggalang bantuan. Mulai dari mengumpulkan baju bekas layak pakai, bahan makanan, uang, buku-buku pelajaran bekas, dan lain-lain untuk disumbangkan kepada mereka yang menjadi korban meletusnya Gunung Kelud. Saya sendiri pada saat itu menyumbangkan buku dan pakaian bekas layak pakai melalui pihak OSIS SMP N 1 GRABAG. Kami semua menunjukkan partisipasi dan solidaritas kami melalui hal tersebut.
Mungkin pada saat itu kami belum bisa untuk menjadi relawan di lapangan. Tetapi setidaknya kami telah mencoba untuk membantu sesama kita yang sedang terkena musibah.

Rabu, 20 Mei 2015

CERPEN : Berhati-Hatilah Ketika Menyeberang Jalan



Sudah pukul 07.15, Sri masih berharap-harap cemas di depan sebuah ruangan di Rumah Sakit Harapan. Hari ini seharusnya ia masuk sekolah dan mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasanya. Namun, saat ini Sri belum juga tiba di sekolah. Setelah seorang Dokter keluar dan mengatakan bahwa anak kecil itu sudah ditangani dan sudah sadar, Sri masuk ke dalam ruangan tersebut dan menanyai hal-hal kecil kepada anak tersebut.
‘’Adik, siapa nama kamu?’’ tanya Sri.
‘’Nama saya Fatimah, Kak,’’ jawab anak kecil itu.
‘’Dimana rumahmu dan dimana kamu bersekolah?’’ tanya Sri kepada anak kecil yang masih mengenakan seragam merah putih itu.
‘’Rumah saya di Jalan Mawar nomor 22, saya bersekolah di SD Bangkit, Kak’’ jawab anak tersebut.
‘’Baiklah, tunggu disini dan jangan pergi kemana-mana ya, Dik. Kakak akan kembali beberapa waktu lagi. Kakak harus ke sekolah untuk meminta izin kepada guru kakak,’’ kata Sri.
‘’Iya, Kak. Sebelumnya saya berterimakasihkepada kakak karena sudah menolong saya,’’ jawab anak itu dengan sopan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.30 ketika Sri memijakkan kakinya di depan gerbang sekolahnya. Ia segera berlari menuju kelasnya yang tidak jauh dari gerbang itu. Saat ia tiba di depan pintu kelasnya, ia hanya mematung, nafasnya terengah-engah, dan semua mata di ruangan itu menatap Sri dengan heran.
Pagi itu, memang tidak seperti biasanya Sri datang terlambat. Bercak-bercak darah di bajunya masih kelihatan jelas. Ibu Ani yang sedang mengajar lalu menghampiri siswinya yang bingung hendak mengatakan apa. Ibu Ani pun mulai bertanya kepada Sri.
‘’Ada apa, Sri? Mengapa kamu terlambat dan mengapa seragammu penuh bercak darah?’’ tanya Ibu Ani.
Lama Sri terdiam, ia bingung hendak bagaimana berkata-kata, ia takut karena hari ini pertama kalinya ia datang terlambat ke sekolah.
‘’Ma..maaf, Bu. Saya baru saja pulang dari RS Harapan. Tadi saat saya berangkat sekolah, saat hendak menyeberang jalan saya melihat seorang anak kecil tertabrak motor dan motor itu pergi begitu saja. Akhirnya saya membawa anak itu ke rumah sakit. Maaf sekali, Bu karena hari ini saya datang terlambat,’’ jawab Sri dengan menunduk.
‘’Benarkah itu, Nak? Lalu bagaimana keadaan anak itu?’’ tanya Ibu Ani.
‘’Iya, Bu. Anak tersebut sudah sadar, hanya terluka sedikit dibagian kepalanya. Saat saya tanya, namanya Fatimah dan rumahnya berada di Jalan Mawar nomor 22, dia hendak menuju sekolahnya di SD Bangkit,’’ jawab Sri.
‘’Itu kan alamat rumah kamu, Ran,’’ celetuk seorang siswi di dalam kelas tersebut berkata kepada temannya yang lain.
‘’Hah, apa?’’ tanya seorang siswi bernama Rani yang sejak tadi sibuk mencatat sehingga tidak memperhatikan percakapan tersebut.
‘’Jalan Mawar nomor 22 itu rumah kamu bukan?’’ tanya siswi bernama Karin.
‘’Iya, ada apa?’’ jawab Rani santai.
‘’Apakah kamu mempunyai adik bernama Fatimah, Ran?’’ tanya Sri.
‘’Iya, dia adikku. Kelas 5 di SD Bangkit. Kenapa sih?’’ Rani penasaran.
‘’Astaga, Rani. Anak kecil yang aku tolong itu adik kamu? Tadi dia tertabrak motor di Jalan Siliwangi,’’ jawab Sri.
‘’Apa katamu? Dimana dia sekarang?’’ tanya Rani, matanya berkaca-kaca mendengar ucapan Sri.
‘’Dia ada di RS Harapan,’’ jawab Sri.
‘’Antarkan aku kesana sekarang Sri!’’ kata Rani sambil menghampiri Sri.
Setelah meminta izin dengan Ibu Ani, Sri dan Rani menuju ke RS Harapan dimana adik Rani dirawat. Mereka berangkat dengan menaiki angkutan umum. Sepanjang perjalanan Rani menangis mengkhawatirkan keadaan adiknya. Berulang kali Sri mencoba menenangkan Rani dan mengatakan bahwa adiknya baik-baik saja. Akhirnya mereka bergegas menuju ruangan dimana Fatimah dirawat. Saat tiba disana, seorang suster tengah menyuapi Fatimah. Fatimah tersenyum ketika melihat kakaknya datang.
‘’Kakak !’’ kata Fatimah.
‘’Fatimah, apakah kamu baik-baik saja, adikku?’’ tanya Rani sambil memeluk Fatimah.
‘’Aku baik-baik saja, Kak. Tadi kakak ini menolongku dan membawaku kesini. Apakah dia teman kakak?’’ kata Fatimah.
‘’Iya, dia teman sekelas kakak, Dik,’’ jawab Rani.
‘’Dia sangat baik, Kak. Dia yang menolongku,’’ jawab Fatimah.
‘’Terimakasih karena sudah menolong adikku, Sri. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi bila kamu tidak menolong adikku,’’ kata Rani kepada Sri.
‘’Iya, Ran, sama-sama. Sebagai sesama muslim kita kan harus saling tolong menolong,’’ jawab Sri sambil tersenyum.
‘’Kamu memang orang yang baik, Sri,’’ kata Rani.
‘’Rani, bolehkah aku berkata sesuatu pada adikmu?’’ tanya Sri.
‘’Oh, silakan, Sri,’’ jawab Rani.
‘’Adik, lain kali kamu harus lebih berhati-hati saat menyeberang jalan. Kendaraan bermotor sekarang ini sangat banyak dan mereka sering tidak menepati peraturan berkendara. Oleh karena itu, berhati-hatilah. Ketika kamu hendak menyeberang, pertama kali carilah zebra cross, perhatikan kanan dan kiri, apakah ada kendaraan atau tidak, lau pastikan kalau memang jalanan itu sepi, kemudian menyeberanglah secara hati-hati, jangan melamun. Ingat ya, hati-hati ketika menyeberang,’’ nasihat Sri kepada Fatimah.
‘’Iya, Dik, kamu harus lebih berhati-hati lagi, minta tolonglah pada orang lain untuk menyeberangkan kamu kalau jalanan itu ramai,’’ tambah Rani.
‘’Iya, Kak. Fatimah akan lebih hati-hati lagi. Sekali lagi terimakasih untuk Kak Sri karena sudah menolong saya,’’ kata Fatimah.
‘’Sama-sama, Dik,’’ jawab Sri.
Semenjak kejadian itu, baik Sri, Rani, maupun Fatimah mendapat pelajaran baru untuk lebih berhati-hati lagi ketika hendak menyeberang jalan. Saat ini banyak sekali kendaraan bermotor. Banyak pula pengendara yang tidak mematuhi peraturan dan tidak bertanggungjawab.

Rabu, 29 April 2015

SASTRAWAN DAN HASIL KARYANYA


Asmarani Rosalba



Asmarani Rosalba adalah seorang sastrawan yang lahir di Jakarta tahun 1972
dalam keterjunanya di dunia sastra ia berhasil menmbuat buah karya yaitu:

Buku
* Derai Sunyi, novel, mendapat penghargaan Majelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA)
* Preh (A Waiting), naskah drama dua bahasa, diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta
* Cinta Tak Pernah Menar, kumpulan cerpen, meraih Pena Award
* Rembulan di Mata Ibu (2001), novel, memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI sebagai buku remaja terbaik nasional
* Dialog Dua Layar, memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI, 2002
* 101 Dating meraih penghargaan Adikarya IKAPI, 2005
* Jangan Jadi Muslimah Nyebelin!, nonfiksi, best seller.

Hubungan baik dengan teman sedunianya sering kali membuatnya lebih dekat sehinga dalam
karya - karyanya dia juga berkolaborasi dengan sastrawan lain yaitu:

* Ketika Penulis Jatuh Cinta, Penerbit Lingkar Pena, 2005
* Kisah Kasih dari Negeri Pengantin, Penerbit Lingkar Pena, 2005
* Jilbab Pertamaku, Penerbit Lingkar Pena, 2005
* Miss Right Where R U? Suka Duka dan Tips Jadi Jomblo Beriman, Penerbit Lingkar Pena, 2005
* Jatuh Bangun Cintaku, Penerbit Lingkar Pena, 2005
* Gara-gara Jilbabku, Penerbit Lingkar Pena, 2006
* Galz Please Don’t Cry, Penerbit Lingkar Pena, 2006
* The Real Dezperate Housewives, Penerbit Lingkar Pena, 2006
* Ketika Aa Menikah Lagi, Penerbit Lingkar Pena, 2007
* Karenamu Aku Cemburu, Penerbit Lingkar Pena, 2007
* Catatan Hati di Setiap Sujudku, Penerbit Lingkar Pena, 2007.
* Badman: Bidin
* Suparman Pulang Kampung
* Pura-Pura Ninja
* Catatan Hati di Setiap Sujudku (kumpulan tulisan dari mailing list).

 
Ajip Rosidi

Seorang sastrawan lahir di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, 31 Januari 1938

* Tahun-tahun Kematian (kumpulan cerpen, 1955)
* Ketemu di Jalan (kumpulan sajak bersama SM Ardan dan Sobron Aidit, 1956)
* Pesta (kumpulan sajak, 1956)
* Di Tengah Keluarga (kumpulan cerpen, 1956)
* Sebuah Rumah buat Haritua (kumpulan cerpen, 1957)
* Perjalanan Penganten (roman, 1958, sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh H. Chambert-Loir, 1976; Kroatia, 1978, dan Jepang oleh T. Kasuya, 1991)
* Cari Muatan (kumpulan sajak, 1959)
* Membicarakan Cerita Pendek Indonesia (1959)
* Surat Cinta Enday Rasidin (kumpulan sajak, 1960);
* Pertemuan Kembali (kumpulan cerpen, 1961)
* Kapankah Kesusasteraan Indonesia lahir? (1964; cetak ulang yang direvisi, 1985)
* Jante Arkidam jeung salikur sajak lianna (kumpulan sajak, bahasa Sunda, 1967);
* Jeram (kumpulan sajak, 1970);
* Jante Arkidam jeung salikur sajak lianna (kumpulan sajak, bahasa Sunda, 1967)
* Ikhtisar Sejarah Sastera Indonesia (1969)
* Ular dan Kabut (kumpulan sajak, 1973);
* sajak Anak Matahari (kumpulan sajak, 1979,
seluruhnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang oleh T. Indoh, dan dimuat dalam majalah Fune dan
* Shin Nihon Bungaku (1981)
* Manusia Sunda (1984)
* Anak Tanahair (novel, 1985, terjemahkan ke dalam bahasa Jepang
oleh Funachi Megumi, 1989.
* Nama dan Makna (kumpulan sajak, 1988)
* Sunda Shigishi hi no yume (terjemahan bahasa Jepang
dari pilihan keempat kumpulan cerita pendek oleh T. Kasuya 1988)
* Puisi Indonesia Modern, Sebuah Pengantar (1988)
* Terkenang Topeng Cirebon (kumpulan sajak, 1993)
* Sastera dan Budaya: Kedaerahan dalam 1995)
* Mimpi Masasilam (kumpulan cerpen, 2000,
sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang)
* Masa Depan Budaya Daerah (2004)
* Pantun Anak Ayam (kumpulan sajak, 2006)
* Korupsi dan Kebudayaan (2006)
* Hidup Tanpa Ijazah, Yang Terekam dalam Kenangan (otobiografi, 2008)

Ajip juga menulis drama, cerita rakyat, cerita wayang, bacaan anak-anak, lelucon, dan memoar serta mengeditori beberapa bunga rampai.

* Akmal Nasery Basral
* Seputar Pembaruan Tentang Islam, co-editor (non-fiksi, 1990).
* Andai Ia Tahu: Kupas Tuntas Proses Pembuatan Film, penyunting pendamping
(co-editor) (non-fiksi, 2003)
* Kisah Kasih Negeri Pengantin, co-writer (non-fiksi, 2005)
* Imperia, novel (2005)
* Ada Seseorang di Kepalaku Yang Bukan Aku, kumpulan cerpen (2006)
* Melodi Tanpa Do, skenario Film Televisi (FTV),
ditayangkan Indosiar (2006)
* Selasar Kenangan, penyunting penyelia, kumpulan cerpen
mailing list Apresiasi Sastra (2006)
* Nagabonar Jadi 2, novel adaptasi (2007)