Rabu, 20 Mei 2015

CERPEN : Berhati-Hatilah Ketika Menyeberang Jalan



Sudah pukul 07.15, Sri masih berharap-harap cemas di depan sebuah ruangan di Rumah Sakit Harapan. Hari ini seharusnya ia masuk sekolah dan mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasanya. Namun, saat ini Sri belum juga tiba di sekolah. Setelah seorang Dokter keluar dan mengatakan bahwa anak kecil itu sudah ditangani dan sudah sadar, Sri masuk ke dalam ruangan tersebut dan menanyai hal-hal kecil kepada anak tersebut.
‘’Adik, siapa nama kamu?’’ tanya Sri.
‘’Nama saya Fatimah, Kak,’’ jawab anak kecil itu.
‘’Dimana rumahmu dan dimana kamu bersekolah?’’ tanya Sri kepada anak kecil yang masih mengenakan seragam merah putih itu.
‘’Rumah saya di Jalan Mawar nomor 22, saya bersekolah di SD Bangkit, Kak’’ jawab anak tersebut.
‘’Baiklah, tunggu disini dan jangan pergi kemana-mana ya, Dik. Kakak akan kembali beberapa waktu lagi. Kakak harus ke sekolah untuk meminta izin kepada guru kakak,’’ kata Sri.
‘’Iya, Kak. Sebelumnya saya berterimakasihkepada kakak karena sudah menolong saya,’’ jawab anak itu dengan sopan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.30 ketika Sri memijakkan kakinya di depan gerbang sekolahnya. Ia segera berlari menuju kelasnya yang tidak jauh dari gerbang itu. Saat ia tiba di depan pintu kelasnya, ia hanya mematung, nafasnya terengah-engah, dan semua mata di ruangan itu menatap Sri dengan heran.
Pagi itu, memang tidak seperti biasanya Sri datang terlambat. Bercak-bercak darah di bajunya masih kelihatan jelas. Ibu Ani yang sedang mengajar lalu menghampiri siswinya yang bingung hendak mengatakan apa. Ibu Ani pun mulai bertanya kepada Sri.
‘’Ada apa, Sri? Mengapa kamu terlambat dan mengapa seragammu penuh bercak darah?’’ tanya Ibu Ani.
Lama Sri terdiam, ia bingung hendak bagaimana berkata-kata, ia takut karena hari ini pertama kalinya ia datang terlambat ke sekolah.
‘’Ma..maaf, Bu. Saya baru saja pulang dari RS Harapan. Tadi saat saya berangkat sekolah, saat hendak menyeberang jalan saya melihat seorang anak kecil tertabrak motor dan motor itu pergi begitu saja. Akhirnya saya membawa anak itu ke rumah sakit. Maaf sekali, Bu karena hari ini saya datang terlambat,’’ jawab Sri dengan menunduk.
‘’Benarkah itu, Nak? Lalu bagaimana keadaan anak itu?’’ tanya Ibu Ani.
‘’Iya, Bu. Anak tersebut sudah sadar, hanya terluka sedikit dibagian kepalanya. Saat saya tanya, namanya Fatimah dan rumahnya berada di Jalan Mawar nomor 22, dia hendak menuju sekolahnya di SD Bangkit,’’ jawab Sri.
‘’Itu kan alamat rumah kamu, Ran,’’ celetuk seorang siswi di dalam kelas tersebut berkata kepada temannya yang lain.
‘’Hah, apa?’’ tanya seorang siswi bernama Rani yang sejak tadi sibuk mencatat sehingga tidak memperhatikan percakapan tersebut.
‘’Jalan Mawar nomor 22 itu rumah kamu bukan?’’ tanya siswi bernama Karin.
‘’Iya, ada apa?’’ jawab Rani santai.
‘’Apakah kamu mempunyai adik bernama Fatimah, Ran?’’ tanya Sri.
‘’Iya, dia adikku. Kelas 5 di SD Bangkit. Kenapa sih?’’ Rani penasaran.
‘’Astaga, Rani. Anak kecil yang aku tolong itu adik kamu? Tadi dia tertabrak motor di Jalan Siliwangi,’’ jawab Sri.
‘’Apa katamu? Dimana dia sekarang?’’ tanya Rani, matanya berkaca-kaca mendengar ucapan Sri.
‘’Dia ada di RS Harapan,’’ jawab Sri.
‘’Antarkan aku kesana sekarang Sri!’’ kata Rani sambil menghampiri Sri.
Setelah meminta izin dengan Ibu Ani, Sri dan Rani menuju ke RS Harapan dimana adik Rani dirawat. Mereka berangkat dengan menaiki angkutan umum. Sepanjang perjalanan Rani menangis mengkhawatirkan keadaan adiknya. Berulang kali Sri mencoba menenangkan Rani dan mengatakan bahwa adiknya baik-baik saja. Akhirnya mereka bergegas menuju ruangan dimana Fatimah dirawat. Saat tiba disana, seorang suster tengah menyuapi Fatimah. Fatimah tersenyum ketika melihat kakaknya datang.
‘’Kakak !’’ kata Fatimah.
‘’Fatimah, apakah kamu baik-baik saja, adikku?’’ tanya Rani sambil memeluk Fatimah.
‘’Aku baik-baik saja, Kak. Tadi kakak ini menolongku dan membawaku kesini. Apakah dia teman kakak?’’ kata Fatimah.
‘’Iya, dia teman sekelas kakak, Dik,’’ jawab Rani.
‘’Dia sangat baik, Kak. Dia yang menolongku,’’ jawab Fatimah.
‘’Terimakasih karena sudah menolong adikku, Sri. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi bila kamu tidak menolong adikku,’’ kata Rani kepada Sri.
‘’Iya, Ran, sama-sama. Sebagai sesama muslim kita kan harus saling tolong menolong,’’ jawab Sri sambil tersenyum.
‘’Kamu memang orang yang baik, Sri,’’ kata Rani.
‘’Rani, bolehkah aku berkata sesuatu pada adikmu?’’ tanya Sri.
‘’Oh, silakan, Sri,’’ jawab Rani.
‘’Adik, lain kali kamu harus lebih berhati-hati saat menyeberang jalan. Kendaraan bermotor sekarang ini sangat banyak dan mereka sering tidak menepati peraturan berkendara. Oleh karena itu, berhati-hatilah. Ketika kamu hendak menyeberang, pertama kali carilah zebra cross, perhatikan kanan dan kiri, apakah ada kendaraan atau tidak, lau pastikan kalau memang jalanan itu sepi, kemudian menyeberanglah secara hati-hati, jangan melamun. Ingat ya, hati-hati ketika menyeberang,’’ nasihat Sri kepada Fatimah.
‘’Iya, Dik, kamu harus lebih berhati-hati lagi, minta tolonglah pada orang lain untuk menyeberangkan kamu kalau jalanan itu ramai,’’ tambah Rani.
‘’Iya, Kak. Fatimah akan lebih hati-hati lagi. Sekali lagi terimakasih untuk Kak Sri karena sudah menolong saya,’’ kata Fatimah.
‘’Sama-sama, Dik,’’ jawab Sri.
Semenjak kejadian itu, baik Sri, Rani, maupun Fatimah mendapat pelajaran baru untuk lebih berhati-hati lagi ketika hendak menyeberang jalan. Saat ini banyak sekali kendaraan bermotor. Banyak pula pengendara yang tidak mematuhi peraturan dan tidak bertanggungjawab.